Tuesday, November 17, 2020

Kebahasaan Hikayat

Selamat pagi anak-anakku semua, melanjutkan materi yang kemarin, untuk hari ini kita akan membahas tentang kebahasaan hikayat. 

 

Jangan lupa!!! Terlebih dahulu silakan disiapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal penting dalam materi berikut.

 

Membandingkan Hikayat dengan Cerita Pendek

Cerpen dan hikayat memiliki persamaan dalam hal unsur-unsurnya, yakni terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. 

Berikut ini uraian terperinci mengenai unsur hikayat. 

a) Tema

Adalah inti atau ide pokok dalam cerita. Tema merupakan pangkal pokok pengembangan isi cerita. Dapat pula diartikan sebagai gagasan yang menjalin struktur isi cerita. 

Untuk merumuskan tema, kita harus mengenali unsur-unsur intrinsiknya, yaitu: 
1) Melalui alur cerita 
2) Melalui tokoh cerita 
3) Melalui bahasa yang digunakan dalam cerita. 

b) Amanat

Merupakan ajaran moral/pesan yang hendak disampaikan dalam sebuah cerita. Amanat dapat disampaikan secara tersirat, ataupun tersurat. Amanat sering dikaitkan dengan tema cerita.  

c) Latar

Latar adalah tempat, waktu, suasana terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. 

d) Penokohan

Penokohan adalah teknik dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut, sebuah cerita dapat menggunakan teknik sebagai berikut. 

1) Teknik analatik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang. 
2) Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Penggambaran oleh tokoh lain.

e) Pengaluran

Disebut juga plot atau rangkaian cerita. Namun ada juga para ahli yang membedakan antara plot dan alur. Menurutnya alur sama dengan rangkaian cerita, sedangkan plot merupakan rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.

Contoh alur sebagai rangkaian cerita : Patih Jalagalodra ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, hanya anak gadisnya yang masih mau menyambut dirinya dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima kepulangannya, Di sudut-sudut kerajaan selalu saja ditemukan masjid walaupun ukurannya berbeda-beda. Begitu terdengan azan, orang-orang berhamburan masuk ke dalamnya untuk menunaikan salat wajib. Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan fitnah ataupun provokasi. Namun apa yang diucapkannya benar-benar membuat para punggawa kerajaan marah. Putri bungsu paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke pendopo sambil membawa aneka oleh-oleh dari hutan.

f) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan baik pada pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan cara penulis memandang/menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.

Hikayat biasanya menggunakan sudut pandang orang ketiga, hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan kata ganti orang ketiga (ia, dia, mereka, ataupun dengan penyebutan nama tokoh) .

g) Gaya Bahasa

Pada hikayat, gaya bahasa yang digunakan bersifat statis, yaitu biasanya menggunakan ungkapan arkhais. Pada hikayat penggunaan majas masih digunakan secara baku dan konsisten, berbeda pada cerpen majas biasanya hanya digunakan sebagai selingan, bahasanya lebih dinamis mengikuti perkembangan zaman.

 

Nah untuk selanjutnya kita akan membahas lebih mendalam lagi tentang gaya bahasa dalam hikayat, atau lebih spesisifiknya yaitu Majas atau istilah Internasionalnya disebut "Figures of Speech". Jadi majas tidak hanya digunakan dalam Bahasa Indonesia saja.

Sudah pernah tau sebelumnya apa itu majas???

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.


Macam-macam Majas

Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan.

Untuk subjenis majas sendiri ada sekitar 42 subjenis majas, tapi untuk kali ini kita hanya akan membahas 19 majas yang umum atau sering digunakan dalam penulisan. Nah, berikut penjelasan lebih lanjutnya.....

Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, kalian akan menjumpai beberapa subjenisnya.

1. Personifikasi

Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.

2. Metafora

Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

3. Asosiasi

Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.

Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.

4. Hiperbola

Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

5. Eufemisme

Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.

6. Simile

Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan indukan

 

Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes

Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks

Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.

Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

3. Antitesis

Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.


Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Ironi

Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali tulisanmu, sampai-sampai aku tidak bisa membacanya.

2. Sinisme

Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

3.Sarkasme

Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

 

Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme

Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi

Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

3. Retorika

Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kalau kamu tetap seperti itu apa kamu mau tidak naik kelas?

4. Klimaks

Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.

5. Antiklimaks

Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.

6. Pararelisme

Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi

Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.

 

Demikian tadi materi untuk pembelajaran hari ini.

Tetap semangat belajar dan selalu jaga kesehatan....

Selanjutnya silakan melakukan presensi pada tautan di bawah ini

Presensi Bahasa Indonesia (18-11-2020)

Tuesday, November 3, 2020

BAB IV HIKAYAT

 


Asslamualaikum wr. wb.

Selamat pagi anak-anakku semua, bagaimana kabarnya hari ini?

Untuk materi kali ini kita akan membahas tentang Hikyat.

sebelumnya ada yang sudah tau apa itu hikayat???

Sebelum membahas tentang hikayat, terlebih dahulu, silakan disiapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal penting dalam materi berikut ini.



Secara umum hikayat merupakan salah satu bentuk prosa, Prosa merupakan suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dipunyai itu lebih besar, dan pada bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. untuk lebih jelasnya mengenai Hikayat dibawah ini penjelasannya :



Pengertian Hikayat

    Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama pada Bahasa Melayu yang berisikan mengenai suatu kisah, cerita, dan juga dongeng. Umumnya mengisahkan mengenai kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian dan juga mukjizat dari tokoh utama. Sebuah hikayat itu dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau pun juga untuk membangkitkan semangat juang.


    Hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang memiliki bentuk prosa yang didalamnya mengisahkan mengenai kehidupan dari keluarga istana, kaum bangsawan atau pun juga orang-orang ternama dengan segala kegagahan, kehebatan, kesaktian ataupun juga kepahlawanannya. Selain dari itu, dalam hikayat tersebut juga diceritakan mengenai kekuatan, mukjizat dan semua tentang keanehannya.


    Hikayat tersebut berasal dari bahasa Arab, yakni “haka” yang memiliki arti “bercerita atau menceritakan”. Fungsi hikayat adalah sebagai pembangkit semangat, penghibur “pelipur lara”, atau juga hanya untuk meramaikan sebuah pesta.

    Terkadang, hikayat tersebut mirip dengan cerita sebuah sejarah yang isinya itu banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal serta dipenuhi dengan keajaiban. Hikayat tersebut mulai berkembang pada masa Melayu klasik, sehingga banyak kata yang ada dalam hikayat itu mengandung bahasa Melayu klasik yang terkadang susah untuk dapat untuk dimengerti.


Struktur Hikayat

Struktur-Hikayat

  • 1. Abstraksi

   Merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks hikayat boleh tidak memakai abstrak.
  • 2. Orientasi

       Adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan hikayat tersebut.
  • 3. Komplikasi

    Berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada bagian ini kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.
  • 4. Evaluasi

    konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya dari   konflik tersebut.
  • 5. Resolusi

    Pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku.
  • 6. Koda

    Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks cerita oleh pembacanya.

Ciri-Ciri dan Karakteristik Hikayat

Dibawah ini merupakan ciri-ciri hikayat, diantaranya sebagai berikut:

  1. Bahasa Melayu

    bahasa yang digunakan pada hikayat itu adalah bahasa Melayu lama

  2. Istana sentries

    Pusat ceritanya itu berada didalam lingkungan istana. Hikayat tersebut seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan ialah raja serta Pangeran (anak raja). Selain dari itu, latar tempat dalam cerita ini adalah negeri yang dipimpin oleh raja dalam suatu kerajaan.

  3. Kemustahilan

    banyak cerita yang terdapat pada hikayat tidak bisa untuk di terima oleh akal. kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa ataupun juga dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang tidak logis atau juga tidak bisa diterima nalar. Contoh Seperti  : bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang

  4. Kesaktian

    Seringkali kita dapat menemukan kesaktian pada para tokoh dalam hikayat.

    Contohnya seperti : Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu untuk merusak sebuah kerajaan, Raksasa memberi sarung kesaktian untuk dapat mengubah wujud serta kuda hijau.

  5. Anonim

    Anonim berarti tidak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan karena cerita yang disampaikan itu secara lisan. artinya tidak jelas siapa yang membuat/mengarang hikayat tersebut

  6. Arkais

    Menggunakan kata arkhais, Bahasa yang digunakan pada masa lampau. Jarang dipakai/tidak lazim digunakan dalam komunikasi pada masa kini.Contoh : hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan serta juga sebermula.

     Untuk ciri arkais sendiri, bisa termasuk kedalam ciri bahasa melayu, karena kata-kat tersebut lazim terdapat dalam bahasa melayu.


Unsur-Unsur Hikayat

    Unsur-unsur hikayat itu terdiri dari unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam hikayat merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Sedangkan, pada unsur ekstrinsik merupakan suatu unsur yang membangun cerita tersebut dari luar.

Unsur Intrinsik Hikayat

    Dibawah ini merupakan unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah hikayat, diantaranya yaitu:

  1. Tema, merupakan suatu gagasan yang mendasari sebuah cerita.
  2. Latar, adalah tempat, waktu, serta situasi/suasana yang tergambar dalam suatu cerita.
  3. Alur, merupakan sebuah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita.
  4. Amanat, merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh pengarang dengan melalui sebuah cerita.
  5. Tokoh, merupakan pemeran pada cerita. Penokohan merupakan penggambaran watak dari sang tokoh.
  6. Sudut pandang, merupakan pusat pengisahan darimana sebuah cerita dikisahkan oleh pencerita.
  7. Gaya, untuk gaya ini berhubungan dengan bagaimana cara penulis menyajikan sebuah cerita dengan menggunakan bahasa serta juga unsur-unsur keindahan lainnya.

Unsur Ekstrinsik Hikayat

    Unsur ekstrinsik pada hikayat ini biasanya berhubungan dengan latar belakang (background) cerita, contohnya seperti latar belakang agama, adat, budaya serta lain sebagainya. Unsur ekstrinsik ini juga berkaitan dengan nilai/norma kehidupan dalam cerita, contohnya ialah seperti nilai moral, nilai agama, nilai budaya, nilai sosial,  dan lain sebagainya.


Nilai Nilai dalam Hikayat

Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Perhatikan contoh analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawab berikut!

NilaiKonsep NilaiKutipan Teks
AgamaMemohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya.Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin.
Pasrah kepada Tuhan setelah berusaha.Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya
SosialTidak melihat perbedaan status sosial.Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.
Membantu orang orang yang berada

dalam posisi kesulitan

Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya.
BudayaRaja ditunjuk berdasarkan keturunan dan
raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya. Mencari jodoh putrinya dengan cara mengadakan sayembara atau semacamPerlombaan untuk menunjukkan yang terkuat dan terhebat.
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok
parasnya itu.“Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”

MoralTidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu.
Memperdaya orang yang tidak berusaha.Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat.
EdukasiKewajiban belajar ilmu agama sejak  usia kecil.Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufan. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fkih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

 


Jenis-Jenis Hikayat

Macam jenis hikayat ini dibedakan menjadi 2 yanki Hikayat berdasarkan Isinya dan Hikayat berdasarkan asalnya, penjelasannya sebagai berikut :

Jenis Hikayat berdasarkan Isinya

Dengan berdasarkan isinya hikayat tersebut terbagi ke dalam :

  1. Cerita Rakyat
  2. Epos India
  3. Cerita dari Jawa
  4. Cerita-cerita Islam
  5. Sejarah dan Biografi
  6. Cerita berbingkat

Jenis Hikayat Berdasarkan Asalnya

Dengan berdasarkan asalnya, hikayat ini dibagi sebagai berikut:

Melayu Asli

Contoh Hikayat Melayu Asli, diantaranya yaitu:

  1. Hikayat Hang Tuah
  2. Hikayat Si Miskin
  3. Hikayat Indera Bangsawan
  4. Hikayat Malim Deman

Contoh untuk Hikayat yang memiliki pengaruh Jawa, diantaranya sebagai berikut:

  1. Hikayat Panji Semirang
  2. Hikayat Cekel Weneng Pati
  3. Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

Pengaruh Hindu (India)

Contoh dari Hikayat pengaruh India, diantaranya adalah:

  1. Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
  2. Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
  3. Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
  4. Hikayat Bayan Budiman

Pengaruh Arab-Persia

Contoh dari Hikayat Pengaruh Arab-Persia, diantaranya sebagai berikut:

  1. Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
  2. Hikayat Bachtiar
  3. Hikayat Seribu Satu Malam

Demikian tadi materi untuk hari ini, salanjutnya silakan melakukan presensi pada tautan dibawah ini




Ragam bahasa karya ilmiah

Pengertian Konotatif dan Denotatif     Konotatif merupakan kata yang mengandung makna kias yang tidak mengandung unsur makna sebenarnya, kon...